KULTUR JARINGAN
Pengaruh Bahan Organik dan NAA terhadap
Pertumbuhan Anggrek Hitam (Coelogyne
pandurata Lindl.) dalam Kultur in
Vitro
The effect of some organic compounds and NAA
application on the in vitro growth of
the black orchid (Coelogyne pandurata
Lindl.)
RINI
UNTARI1, DWI MURTI PUSPITANINGTYAS2,♥
1 Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
2 Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Bogor 16122
Diterima: 23 Maret 2006. Disetujui: 06 September
2006.
ABSTRACT
Coelogyne pandurata Lindl. is a lowland
epiphytic orchid that has pale green flowers with typically black markings on
the lips. This species conventionally
propagated asexually by rhizome. This orchid is now facing a great conservation
problem and threatened to extinction due to human exploitation. That is why
conservation activities such as developing proper cultivation, are urgently
required. An in vitro experiment was conducted at the Laboratory of Tissue
Culture at Bogor Botanic Garden. The experiment was carried out using a
completely randomized design with two factors and ten replications. The
treatments were the supplementation of the basal media i.e. Vacin and Went
added with sugar, activated charcoal and agar, with 30 different combinations
of organic compounds i.e., coconut water 250 mL/L, banana 150 g/L, potato 200
g/L, sweet potato 150 g/L, soybean 150 g/L and no organic compound as a
control, and application of NAA (0, 5, 10, 15, and 20 ppm). The result showed
that there was a significant effect of the organic compounds and NAA
application on the length and the number of roots, height, number of leaves and
number of shoots produced by the explants. The combination of sweet potato 150
g/L without NAA application showed the best result.
© 2006 Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
Key words: Coelogyne
pandurata, organic compound, NAA, in vitro.
PENDAHULUAN
Anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) merupakan
salah satu jenis anggrek alam yang berasal dari Kalimantan, bunganya berbau
harum lembut dan lama mekar bunga sekitar 5-6 hari (Sastrapradja et al., 1976). Anggrek ini telah dipilih
sebagai maskot Propinsi Kalimantan Timur. Anggrek hitam termasuk jenis anggrek
yang banyak diminati oleh masyarakat sehingga keberada-annya di alam menjadi
terancam akibat pengambilan yang berlebihan. Faktor-faktor seperti terjadinya
perubahan atau rusaknya habitat tumbuh akibat penebangan dan konversi lahan
merupakan ancaman terhadap kelestarian anggrek alam. Kegiatan pengeksploitasian
anggrek dari alam yang dilakukan secara berlebihan dan terus menerus dapat
mengakibatkan kepunahan bila tidak diimbangi dengan usaha konservasi.
Teknik
perbanyakan in vitro merupakan salah
satu usaha konservasi untuk mencegah kepunahan jenis ini. Teknik tersebut dapat
menyediakan tanaman-tanaman baru anggrek alam secara cepat dengan kualitas dan
kuantitas yang baik. Usaha meningkatkan produksi anggrek hitam dengan teknik
kultur in vitro secara kualitatif dan
kuantitatif dapat dilakukan dengan memodifikasi media melalui
♥ Alamat korespondensi:
Jl.Ir. H.Juanda 13, Bogor 16003
Tel. +62-251-332518. Fax.:
+62-251-322187 e-mail: puspita@bogor.net
penambahan persenyawaan organik komplek sehingga
dapat mengoptimalkan pertumbuhan anggrek hitam tersebut. Menurut Tulecke et al. (1961) air kelapa mangandung
zat/bahan-bahan seperti unsur hara, vitamin, asam amino, asam nukleat dan zat
tumbuh seperti auksin dan asam giberelat yang berfungsi sebagai penstimulasi
proliferasi jaringan, memperlancar metabolisme dan respirasi. Gunawan (1987)
menyatakan bahwa ekstrak kentang dapat digunakan dalam kultur anthera padi
dengan konsentrasi 10-30% dan hasil terbaik dicapai pada konsentrasi 20%. Bubur
pisang dalam kultur jaringan, menurut Hendaryono (2000) yang biasa digunakan
adalah sebanyak 150-200 g/L. Hasil penelitian Arditti dan Ernts (1992)
menunjukkan bahwa buah pisang mengandung hormon tumbuh seperti auksin dan
giberelin. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat, protein serta mengandung
vitamin A, vitamin C dan unsur-unsur hara lainnya. Pada penelitian Hendaryono
(2000), ekstrak kedelai sebanyak 150 g/L digunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan kalus yang ditambah dengan kacang panjang atau kecambah jagung.
Kedelai mengandung vitamin A, vitamin B1, 18% lemak, dan 36-40% protein.
Penggunaan zat pengatur tumbuh NAA (naphthalene
acetic acid) yang merupakan salah satu jenis auksin sintetis, digunakan
untuk meningkatkan rasio pertumbuhan akar tanaman dalam kultur in vitro. Hal ini akan mendorong
pembentukan akar-akar baru pada selang konsentrasi tertentu.
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis media organik dan NAA terhadap
pertumbuhan
eksplan semai anggrek hitam
(Coelogyne pandurata Lindl.) hasil
kultur in vitro.
BAHAN
DAN METODE
Penelitian
dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Kebun Raya Bogor dalam waktu 6 bulan
(Juni-Desember 2002). Eksplan yang digunakan adalah semai anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) hasil
perkecambahan biji yang berumur 20 bulan. Setiap botol kultur berisi 2 eksplan
yang mempunyai tinggi 3-6 cm dengan jumlah daun 6-7 helai.
Media dasar yang
digunakan adalah media Vacin & Went (VW) yang telah dimodifikasi dengan
penambahan gula pasir, arang aktif, bahan organik dan agar. Perlakuan terdiri
dari dua faktor yaitu bahan organik dan konsentrasi NAA. Penentuan jumlah bahan
organik yang digunakan berdasarkan hail penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya. Faktor pertama adalah jenis media organik yaitu tanpa bahan
organik, dengan penambahan air kelapa 250 mL/L (Widiastoety dan Santi, 1994),
pisang ambon 150 g/L (Arditti, 1982), kentang 200 g/L (Gunawan, 1987), ubi
jalar 150 g/L dan kedelai 150 g/L (Hendaryono, 2000). Faktor ini dikombinasikan
dengan faktor kedua yaitu lima taraf konsentrasi NAA (0 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 15
ppm dan 20 ppm). Sebelum media disterilisasi dengan autoklaf pada tekanan 15 psi,
suhu 1210C selama 30 menit, pH media
diusahakan menjadi 5-6 dengan menggunakan KOH dan HCl.
Rancangan yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 10 ulangan. Pengamatan
dilakukan setelah 2 minggu penanaman. Parameter yang diamati adalah panjang
akar, jumlah akar, tinggi eksplan, jumlah daun dan jumlah tunas baru. Semua
kultur diinkubasi dalam ruang kultur yang bersuhu 250C, kelembaban 70% dan
penyinaran selama 16 jam per hari menggunakan lampu neon 40 watt. Untuk
mengetahui pengaruh faktor tunggal dan interaksinya terhadap pertumbuhan semai,
maka dilakukan uji F. Apabila sidik ragam memberikan hasil berpengaruh nyata
selanjutnya dilakukan uji Duncan untuk mengetahui beda antar perlakuan.
Pengolahan data menggunakan Statistical
Analysis System (SAS).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan
merupakan suatu proses dalam kehidupan tanaman. Dari proses tersebut akan
terjadi perubahan ukuran yaitu tanaman akan tumbuh semakin besar dan akan
berkorelasi positif dalam menentukan hasil tanaman. Pertambahan ukuran tersebut
secara keseluruhan dikendalikan oleh sifat genetik disamping faktor-faktor
lainnya seperti lingkungan. Penambahan media VW dengan persenyawaan organik
komplek dan zat pengatur tumbuh NAA serta interaksinya memberikan pengaruh yang
berbeda-beda terhadap parameter-parameter pertumbuhan. Parameter pertumbuhan
tersebut meliputi pembentukan akar, baik panjang akar dan jumlah akar serta
pertumbuhan eksplan yaitu tinggi eksplan, jumlah daun dan jumlah tunas baru.
Hasil analisis sidik ragam dari faktor-faktor yang diteliti terhadap
keseluruhan parameter yang diamati disajikan dalam Tabel 1.
Panjang akar
Interaksi antara media VW dengan penambahan
perse-
nyawaan organik dan NAA
berdasarkan hasil uji Duncan menunjukkan bahwa rata-rata panjang akar tertinggi
dicapai pada media VW dengan perlakuan penambahan ekstrak ubi jalar 150 g/L
tanpa NAA (Tabel 2). Pada beberapa perlakuan, peningkatan konsentrasi NAA
menyebabkan terhambatnya pemanjangan akar. Hal ini sesuai dengan pendapat
Salisbury dan Ross (1995) bahwa konsentrasi zat pengatur tumbuh yang terlalu
tinggi untuk suatu jenis tanaman tertentu akan mendorong sintesis etilen yang
kemudian menghambat pemanjangan akar. Pada percobaan ini pemberian ubi jalar
tanpa penambahan NAA memberikan hasil yang terbaik untuk parameter panjang
akar. Hal ini diduga karena ubi jalar mengandung beberapa macam vitamin seperti
vitamin B, niacin, vitamin A, riboflavin, dan terutama kandungan tiamin
sebanyak 0,1 mg/100 g. Tiamin termasuk vitamin B1 yang berfungsi untuk mempercepat
pembelahan sel pada meristem akar. Ubi jalar mengandung unsur kalsium (Ca)
sebanyak 55 mg/100 g. Menurut Salisbury dan Ross (1995) unsur ini berperan
dalam pembentukan bulu-bulu akar dan pemanjangan akar.
Jumlah akar
Interaksi antara dua perlakuan terhadap
penambahan jumlah akar memberikan hasil beragam. Jumlah akar rata-rata
tertinggi diperoleh pada perlakuan dengan penambahan ekstrak ubi jalar 150 g/L
dan NAA 5 ppm. Rata-rata jumlah akar terendah diperoleh dari perlakuan
penambahan ekstrak pisang ambon 150 g/L dan NAA 15 ppm. Penambahan ekstrak
kedelai 150 g/L dengan dua perlakuan, yaitu dengan penambahan NAA 15 ppm dan 20
ppm, tidak memberikan stimulasi pembentukan akar pada eksplan (Tabel 3).
Ekstrak ubi
jalar mengandung polisakarida dan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh pertumbuhan
akar eksplan anggrek. Pertumbuhan akar juga tergantung pada peran unsur fosfor,
kalsium, mangan, besi, dan boron. Unsur fosfor yang diberikan dalam jumlah yang
tinggi berpengaruh terhadap penambahan jumlah akar melebihi tunas (Salisbury
dan Ross, 1995). Ekstrak ubi jalar mengandung semua unsur yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan akar eksplan (Ca, P dan Fe) dalam jumlah yang lebih tinggi
dibandingkan dengan persenyawaan organik lainnya, walaupun pada ekstrak kedelai
unsur-unsur hara tersebut terdapat dalam jumlah yang lebih tinggi lagi
(Hendaryono, 2000). Penggunaan kedelai ternyata tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan eksplan anggrek hitam, bahkan pertumbuhannya menjadi kurang baik.
Hal ini
berkaitan dengan pendapat Wetherell (1982) bahwa konsentrasi optimum dari
masing-masing unsur nutrisi untuk pertumbuhan berbeda-beda tergantung pada
jenis tanaman maupun tujuan kultur yang diinginkan, selain itu juga berkaitan
dengan umur dan ukuran eksplan. Ukuran eksplan 1,5-2,0 cm merupakan ukuran yang
telah siap diinduksi pada media perakaran (Suryandari, 1998). Ukuran eksplan
anggrek hitam yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3-6 cm. Dengan ukuran
tersebut diharapkan eksplan sudah siap diinduksi di media perakaran. Selain
ukuran eksplan, pertumbuhan perakaran juga didukung dengan suplai unsur bahan
organik yang dibutuhkan untuk pertambahan jumlah akar eksplan. Penambahan ubi
jalar pada media kultur menghasilkan rata-rata jumlah akar tertinggi. Menurut
Arditti (1982) ubi jalar mengandung beberapa macam vitamin yaitu vitamin B,
niacin, vitamin A, riboflavin, terutama kandungan tiamin yang cukup tinggi yang
esensial bagi pertumbuhan kultur in vitro.
Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh jenis media organik dan konsentrasi NAA terhadap tinggi
eksplan, jumlah daun, jumlah tunas baru, jumlah akar dan panjang akar semai
anggrek hitam 20 minggu setelah tanam (MST)
Perlakuan
|
Tinggi
|
Jumlah
|
Jumlah
|
Jumlah Panjang
|
||
eksplan
|
daun
|
tunas
|
akar
|
akar
|
||
baru
|
||||||
Media organik (A) 0,0003
|
** 0,0013** 0,0700 tn
|
0,0001**
0,0001**
|
||||
NAA (B)
|
0,0001
|
** 0,0001** 0,1288 tn
|
0,0001**
0,0001**
|
|||
Interaksi (AB)
|
0,0001
|
** 0,0315 * 0,0003 **
|
0,0004** 0,0001**
|
|||
Keterangan: ** = berpengaruh sangat nyata
terhadap selang kepercayaan 95%; * = berpengaruh nyata terhadap selang
kepercayaan 95%; tn = berpengaruh tidak nyata terhadap selang kepercayaan 95%
Tabel 2. Interaksi jenis bahan organik dan konsentrasi NAA terhadap panjang akar anggrek hitam
Jenis
media organik
|
||||||
NAA
|
Tanpa
|
Air kelapa
|
Pisang
|
Kentang
|
Ubi jalar
|
Kedelai
|
(ppm)
|
bahan
|
250 ml/L
|
ambon
|
200 g/L
|
150 g/L
|
150 g/L
|
organik
|
150g/L
|
|||||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
|
0
|
4,75 b
|
2,56 cd
|
2,67 c
|
1,34 ef
|
5,95 a #
|
0,88 fg
|
5
|
2,24 d
|
1,79 e
|
1,79 e
|
1,44 ef
|
3,56 bc
|
0,53 g
|
10
|
2,28 d
|
1,25 ef
|
1,45 ef
|
0,91 f
|
1,92 de
|
0,18 h
|
15
|
1,54 ef
|
1,47 ef
|
0,00 i
|
0,36 g
|
1,50 ef
|
0,00 i
|
20
|
1,14 ef
|
0,24 h
|
1,65 ef
|
0,25 g
|
0,49 g
|
0,00 i
|
Linear
|
tn
|
tn
|
*
|
tn
|
tn
|
tn
|
Kuadratik
|
*
|
*
|
*
|
*
|
tn
|
*
|
Kubik
|
*
|
*
|
*
|
*
|
*
|
-
|
Kwartik
|
*
|
*
|
*
|
*
|
*
|
-
|
Keterangan: # Angka dalam kelompok pada kolom
yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan
pada tingkat kepercayaan 5%, * Nyata pada taraf α=0,05, Persamaan polinom:
1. Y = 4,57 – 1,1264X +
0,1886X2 – 0,0127X3 + 0,00028X4
2. Y = 2,56 – 0,0045X –
0,0563X2 + 0,0062X3 – 0,0002X4
3. Y = 2,67 – 0,633X + 0,1512X2 – 0,0139X3 + 0,0004X4
4. Y = 1,34 + 0,0583X –
0,0032X2 – 0,0012X3 + 0,00005X4
5. Y = 5,95 – 0,4077X –
0,0362X2 + 0,0052X3 – 0,00015X4
6. Y = 0,88 – 0,07X
Tabel 3. Interaksi jenis bahan
organik dan konsentrasi NAA terhadap
jumlah akar anggrek hitam
Jenis
media organik
|
||||||
NAA
|
Tanpa
|
Air kelapa
|
Pisang
|
Kentang
|
Ubi jalar
|
Kedelai
|
(ppm)
|
bahan
|
250 ml/L
|
ambon
|
200 g/L
|
150 g/L
|
150 g/L
|
organik
|
(2)
|
150g/L
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
|
(1)
|
(3)
|
|||||
0
|
8,10 de
|
9,30 cd
|
3,70 bc
|
4,40 f
|
15,30 b #
|
2,40 g
|
5
|
5,20 ef
|
8,40 d
|
10,60 c
|
6,70 e
|
19,60 a
|
1,90 g
|
10
|
5,10 ef
|
4,10 f
|
6,70 e
|
5,13 ef
|
18,30 ab
|
0,90 i
|
15
|
4,60 f
|
5,30 ef
|
0,00 j
|
1,63 h
|
11,40 c
|
0,00 j
|
20
|
2,00 g
|
0,63 i
|
9,50 cd
|
1,50 i
|
2,40 g
|
0,00 j
|
Linear
|
tn
|
tn
|
*
|
*
|
tn
|
tn
|
Kuadratik
|
*
|
*
|
*
|
*
|
tn
|
*
|
Kubik
|
*
|
*
|
*
|
*
|
*
|
-
|
Kwartik
|
*
|
*
|
*
|
*
|
*
|
-
|
Keterangan: # Angka dalam kelompok pada kolom
yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan
pada tingkat kepercayaan 5%, * Nyata pada taraf α=0,05 Persamaan polinom:
1. Y = 8,1 – 1,1483X + 0,1475X2 – 0,0073X3 + 0,0001X4
2. Y = 9,3 + 1,7671X – 0,6177X2 + 0,0524X3 – 0,0014X4
3. Y = 13,7 – 1,7233X + 0,406
X2 – 0,0447X3 + 0,0014X4
4. Y = 4,4 + 0,81X - 0,0551X2 – 0,0041X3 + 0,00022X4
5. Y = 15,3 + 1,245X – 0,0478X2 – 0,007X3 + 0,00023X4
6. Y = 2,4 – 0,05X – 0,01X2
Tabel 4. Interaksi jenis bahan
organik dan konsentrasi NAA terhadap
tinggi plantlet anggrek hitam
Jenis
media organik
|
|||||||
NAA
|
Tanpa
|
Air kelapa
|
Pisang
|
Kentang
|
Ubi jalar
|
Kedelai
|
|
(ppm)
|
bahan
|
250 ml/L
|
ambon
|
200 g/L
|
150 g/L
|
150 g/L
|
|
organik
|
(2)
|
150g/L
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
||
(1)
|
(3)
|
||||||
0
|
5,72a
|
5,71a
|
4,84bc
|
5,33b #
|
5,43ab
|
4,02cd
|
|
5
|
5,43ab
|
5,27b
|
2,46ef
|
4,88bc
|
5,20b
|
3,21e
|
|
10
|
3,62d
|
3,55d
|
4,17c
|
4,73bc
|
4,39bc
|
1,91g
|
|
15
|
3,80cd
|
4,48bc
|
1,35h
|
3,45de
|
3,44de
|
0,00i
|
|
20
|
1,36h
|
1,78g
|
4,75bc
|
2,20f
|
2,43ef
|
0,00i
|
|
Linear
|
tn
|
tn
|
*
|
tn
|
tn
|
tn
|
|
Kuadratik
|
*
|
*
|
tn
|
*
|
*
|
*
|
|
Kubik
|
*
|
*
|
*
|
*
|
*
|
-
|
|
Kwartik
|
*
|
tn
|
tn
|
*
|
*
|
-
|
Keterangan: # Angka dalam kelompok pada kolom
yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan
pada tingkat kepercayaan 5%, * Nyata pada taraf α=0,05, Persamaan polinom:
1. Y = 5,72 + 0,71X – 0,2419X2 + 0,0203X3 – 0,0005X4
2. Y = 5,8544 – 0,3961X +
0,0402X2 – 0,0015X3
3. Y = 4,7098 – 0,5956X +
0,0606 X2 – 0,016X3
4. Y = 5,33 – 0,3493X +
0,0835X2 – 0,0072X3 + 0,0002X4
5. Y = 5,43 + 0,0604X –
0,0274X2 + 0,0013X3 – 0,000025X4
6. Y = 4,02 – 0,1611X – 0,005X2
Tabel 5. Interaksi jenis bahan
organik dan konsentrasi NAA terhadap
jumlah daun anggrek hitam
Jenis
media organik
|
|||||||
NAA
|
Tanpa
|
Air kelapa
|
Pisang
|
Kentang
|
Ubi jalar
|
Kedelai
|
|
(ppm)
|
bahan
|
250 ml/L
|
ambon
|
200 g/L
|
150 g/L
|
150 g/L
|
|
organik
|
(2)
|
150g/L
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
||
(1)
|
(3)
|
||||||
0
|
5,90b
|
4,40cd
|
4,80cd
|
6,40ab #
|
5,10c
|
2,10f
|
|
5
|
6,50a
|
3,30de
|
2,10f
|
5,50bc
|
5,50bc
|
3,60d
|
|
10
|
3,70d
|
3,80d
|
2,50f
|
6,38ab
|
3,00e
|
3,70d
|
|
15
|
2,40f
|
3,30de
|
0,00i
|
4,13cd
|
2,90ef
|
0,00i
|
|
20
|
1,50g
|
1,88fg
|
4,50cd
|
0,50h
|
2,20f
|
0,00i
|
|
Linear
|
tn
|
tn
|
*
|
tn
|
tn
|
tn
|
|
Kuadratik
|
*
|
*
|
tn
|
*
|
*
|
*
|
|
Kubik
|
*
|
*
|
*
|
*
|
*
|
-
|
|
Kwartik
|
*
|
*
|
*
|
*
|
*
|
-
|
Keterangan: # Angka dalam kelompok pada kolom
yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan
pada tingkat kepercayaan 5%, * Nyata pada taraf α=0,05 Persamaan polinom:
1. Y = 5,9 + 1,0867X – 0,276X2 + 0,0185X3 – 0,0004X4
2. Y = 4,4 – 0,6871X + 0,133X2 – 0,0088X3 + 0,0002X4
3. Y = 4,8 – 2,045X + 0,4735X2 – 0,0398X3 + 0,0011X4
4. Y = 6,4 – 1,0167X + 0,2554X2 – 0,0198X3 + 0,0004X4
5. Y = 5,1 + 1,1383X – 0,3162X2 + 0,0237X3 – 0,0006X4
6. Y = 2,1 + 0,44X – 0,028X2
Tabel 6. Interaksi jenis bahan
organik dan konsentrasi NAA terhadap
jumlah tunas anggrek hitam
Jenis media organik
|
||||||||
NAA
|
Tanpa
|
Air kelapa
|
Pisang
|
Kentang
|
Ubi jalar
|
Kedelai
|
||
(ppm)
|
bahan
|
250 ml/L
|
ambon
|
200 g/L
|
150 g/L
|
150 g/L
|
||
organik
|
150g/L
|
|||||||
(2)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
|||||
(1)
|
(3)
|
|||||||
0
|
2,30cd
|
3,50cd
|
4,80bc #
|
3,60cd
|
3,30cd
|
3,20d
|
||
5
|
1,60d
|
4,20c
|
4,00c
|
5,10b
|
4,40c
|
1,90cd
|
||
10
|
2,80cd
|
3,80cd
|
2,30cd
|
3,50cd
|
4,70c
|
1,30de
|
||
15
|
3,00cd
|
2,90cd
|
0,50e
|
1,63d
|
2,70cd
|
0,00f
|
||
20
|
5,25b
|
2,63cd
|
11,00a
|
2,50cd
|
1,50d
|
0,00f
|
||
Linear
|
*
|
*
|
*
|
*
|
*
|
tn
|
||
Kuadratik
|
*
|
*
|
tn
|
*
|
*
|
*
|
||
Kubik
|
*
|
*
|
tn
|
*
|
*
|
-
|
||
Kwartik
|
*
|
*
|
*
|
*
|
*
|
-
|
Keterangan: # Angka dalam kelompok pada kolom yang sama diikuti huruf
yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Duncan pada tingkat kepercayaan
5%, * Nyata pada taraf α=0,05 Persamaan polinom:
1. Y = 2,3 – 0,8208X + 0,2051X2 – 0,0158X3 + 0,0004X4
2. Y = 3,5 + 0,2638X – 0,0244X2 – 0,0003X3 + 0,00004X4
3. Y = 4,8 – 0,5967X + 0,1786X2 – 0,0221X3 + 0,0008X4
4. Y = 3,6 + 0,7883X – 0,1148X2 + 0,0034X3 + 0,00001X4
5. Y = 3,3 – 0,03X + 0,0983X2 – 0,0112X3 + 0,0003X4
6. Y = 3,2 – 0,33X + 0,014X2
Tinggi plantlet
Pertambahan
tinggi eksplan disebabkan oleh dua proses yaitu pembelahan dan pemanjangan sel.
Kedua proses ini terjadi pada jaringan meristem, yaitu pada titik tumbuh batang
(Heddy, 1991). Media VW tanpa penambahan bahan organik dan NAA memberikan
rata-rata tinggi plantlet yang terbaik. Rata-rata tinggi plantlet yang
dihasilkan tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan media VW yang ditambah
air kelapa 250 mL/L dan NAA 0 ppm (Tabel 4). Hal ini diduga berkaitan dengan
ketersediaan auksin alami yang terdapat dalam tanaman, sehingga tanpa zat
pengatur tumbuh NAA (auksin eksogen) eksplan mampu melakukan pertumbuhan dan
perkembangan. Batang dan akar yang sedang memanjang tidak memerlukan penambahan
sitokinin (Wattimena,1988), walaupun kedua organ itu membutuhkan hormon
tersebut untuk aktivitas pemanjangan sel, tetapi kandungan alami sitokinin
dalam jaringan kemungkinan sudah mencukupi.
Rata-rata
tinggi plantlet yang dihasilkan media VW tanpa penambahan bahan organik tidak
berbeda nyata dengan media yang ditambah air kelapa 250 mL/L. Hal ini diduga
dipengaruhi unsur yang terkandung dalam air kelapa. Karena menurut Tulecke et al. (1961) air kelapa mengandung
zat-zat seperti vitamin, asam amino, asam organik, asam nukleat, gula alkohol,
mineral dan zat pengatur tumbuh. Hendaryono (2000) mengemukakan bahwa air
kelapa mengandung difenil urea yang mempunyai efektivitas menyerupai sitokinin.
Kelompok sitokinin digunakan untuk mendukung pembelahan sel atau menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Bhojwani dan Radzan, 1983).
Jumlah daun
Hasil uji statistik terhadap interaksi dua
perlakuan menunjukkan bahwa perlakuan tanpa penambahan media organik dan NAA 5
ppm merupakan perlakuan yang menghasilkan rata-rata jumlah daun tertinggi, dan
perlakuan tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan ekstrak kentang 200 g/L
dan NAA 0 ppm (Tabel 5). Diduga bahwa kondisi fisiologis tumbuhan akan
memberikan respon yang berbeda-beda terhadap perlakuan yang diberikan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Wattimena (1988) yang mengatakan bahwa variasi respon
terhadap pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) dipengaruhi oleh perbedaan fase
pertumbuhan, kondisi fisiologis, kemampuan tanaman mengadsorpsi ZPT, serta
fluktuasi kandungan hormon endogen pada beberapa kondisi fisiologis. Selain itu
diduga karena adanya fluktuasi dalam penambahan jumlah daun. Menurut Salisbury
dan Ross (1995) daun tua akan digantikan oleh daun muda dan kapasitas
fotosintesis dapat bertambah tergantung sebagian kepada alokasi bahan yang
digunakan untuk membentuk organ ini.
Parameter
jumlah daun pada perlakuan penambahan NAA 0 dan 5 ppm dengan media yang
ditambah ekstrak kentang 200 g/L tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena
kentang mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan seperti
kalsium, Fospor, besi,
vitamin B1, vitamin B2, vitamin C dan niacin yang mendorong penambahan jumlah
daun (Hendaryono, 2000).
Jumlah tunas
Untuk pembentukan tunas baru, tanaman
membutuhkan unsur nitrogen (N), kalium (K), belerang (S), besi (Fe) dan seng
(Zn) yang cukup. Unsur N, S, Fe dan tiamin dapat merangsang pembelahan sel,
sehingga meningkatkan pertumbuhan tunas samping. Defisiensi unsur N, K, S, Fe
dan Zn pada semai menyebabkan penambahan jumlah tunas terhambat dan secara umum
mengambat pertumbuhan tanaman (Wattimena, 1988).
Konsentrasi NAA yang tinggi dapat menstimulasi
pertumbuhan tunas baru. Pada percobaan ini konsentrasi NAA sampai 20 ppm masih
memungkinkan peningkatan jumlah tunas untuk beberapa perlakuan media organik.
Hal ini diduga terjadi karena jumlah eksplan yang banyak dalam satu botol
(lebih dari dua eksplan) kemungkinan dapat mengurangi keracunan akibat
konsentrasi NAA yang tinggi. Anggrek hitam pada saat pertumbuhan dalam botol
kultur termasuk anggrek yang mampu menghasilkan banyak tunas aksilar maupun
tunas adventif. Menurut Wattimena (1988) konsentrasi auksin optimum yang
dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan batang dan tunas lebih tinggi
dibandingkan dengan konsentrasi yang dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan
akar. Kemampuan setiap sel untuk bermultiplikasi berbeda-beda, terbukti dari
hasil penelitian ini eksplan yang berasal dari botol kultur yang sama ternyata
daya multiplikasinya berbeda-beda. Eksplan dengan penambahan NAA konsentrasi 20
ppm ada yang membentuk 19 buah tunas namun ada yang tetap satu tanpa mengalami
multiplikasi.
Interaksi antara media organik dan NAA
menunjukkan bahwa penambahan ekstrak pisang ambon 150 g/L dan NAA 20 ppm mampu
memacu dan menghasilkan rata-rata jumlah tunas tertinggi (Tabel 6). Menurut
Widiastoety dan Bahar (1995) ekstrak pisang yang ditambahkan pada medium kultur
jaringan dapat merangsang pembelahan sel dan mendorong diferensiasi sel,
sehingga semai dapat tumbuh dan berkembang. Ekstrak pisang ambon diketahui
mengandung unsur-unsur kalium (K), fosfor (P) dan besi (Fe) sehingga memberikan
pengaruh positif terhadap pertumbuhan tunas. Sedangkan menurut Tulecke et al. (1961) air kelapa mengandung
unsur hara, vitamin, asam amino, asam nukleat dan zat tumbuh seperti auksin dan
asam giberelat yang berfungsi sebagai penstimulasi proliferasi jaringan,
memperlancar metabolisme dan respirasi. Penambahan ubi jalar karena bahan
organik ini mengandung beberapa macam vitamin yaitu vitamin B, niacin, vitamin
A dan riboflavin. Ubi jalar mengandung unsur kalsium yang cukup tinggi mencapai
55 mg/100 g. Menurut Salisbury dan Ross (1995) kalsium berperan dalam
pembentukan bulu akar dan pemanjangan akar. Kentang juga mengandung unsur-unsur
yang dibutuhkan eksplan dalam kultur jaringan seperti kalsium, fosfor, besi,
vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, dan niacin. Gunawan (1987) menggunakan
ekstrak kentang untuk kultur anthera padi, dengan hasil terbaik pada
konsentrasi 200 g. Menurut Gunawan (2001) kedelai mempunyai kualitas protein
yang tinggi, sehingga sangat baik untuk pertumbuhan hasil kultur in vitro. Kedelai mengandung unsur
kalsium, fospor, besi, vitamin A, dan
vitamin B. Hendaryono (2000) menggunakan ekstrak kedelai untuk meningkatkan
pertumbuhan kalus dicampur dengan kacang panjang atau kecambah jagung.
KESIMPULAN
Perlakuan
berbagai jenis media organik memberikan pengaruh yang nyata terhadap
parameter-parameter pertumbuhan eksplan anggrek hitam, yaitu tinggi tanaman,
jumlah daun, panjang akar, dan jumlah akar, tetapi tidak berbeda nyata untuk
parameter penambahan jumlah tunas. Media Vacint & Went (VW) dengan
penambahan ekstrak ubi jalar 150 g/L memberikan rata-rata panjang akar dan
jumlah akar yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Media VW
dengan penambahan kentang 200 g/L menghasilan tinggi planlet dan jumlah daun
yang paling baik. Peningkatan konsentrasi NAA hingga 20 ppm menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan eksplan. Hasil yang terbaik dicapai pada perlakuan
tanpa penambahan NAA yaitu pada parameter panjang akar dan tinggi plantlet.
Sedangkan hasil terbaik dengan penambahan NAA 5 ppm untuk parameter jumlah akar
dan jumlah daun. Interaksi antara dua faktor perlakuan yaitu jenis media
organik dan konsentrasi NAA berpengaruh nyata terhadap semua parameter
pertumbuhan eksplan baik tinggi eksplan, jumlah daun, jumlah tunas, jumlah akar
dan panjang akar.
DAFTAR
PUSTAKA
Arditti, J. and R. Ernts . 1992. Micropropagation
of Orchids. Irvine: Departement of Developmental and Cell Biology,
University of California.
Arditti,
J. 1982. Orchid seed germination and seedling culture-a manual. In: Arditti, J. (ed.). Orchid Biology: Reviews and Perspectives II.
Ithaca: Comstock Publishing Associates & Cornell University Press.
Bhojwani,
S.S. and M.K. Radzan. 1983. Plant Tissue
Culture: Theory and Practice. New
York: Elvisier Science Publishing Company.
Gunawan,
L.W. 1987. Teknik Kultur Jaringan.
Laboratorium Bogor: Kultur Jaringan Tanaman, Pusat Antar Universitas
Bioteknologi IPB,.
Gunawan, L.W. 2001. Budidaya Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya. Heddy, S. 1991. Hormon Tumbuhan. Jakarta: CV Rajawali.
Hendaryono,
D.P.S. 2000 Pembibitan Anggrek dalam
Botol. Yogyakarta: Kanisius.
Salisbury,
F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi
Tumbuhan I. Penerjemah: Lukman, D.R. dan Sumaryono. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Sastrapradja,
S., R.E. Nasution, Irawati, L.
Soerojo, M. Imelda, S. Idris, S. Soerohaldoko, dan W. Roedjito. 1976. Anggrek Indonesia. Bogor: Lembaga
Biologi Nasional LIPI.
Suryandari,
E.Y. 1998. Pengaruh Klon, Media Dasar,
Zat Pengatur Tumbuh IBA dan Arang
Aktif terhadap Induksi Perakaran Eucalyptus
deglupta
Blume in Vitro. [Skripsi]. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Tulecke,
W., L.H. Weinstein, A. Rutner, and H.J. Laurencot. 1961. The Biochemical Composition
of Coconut Water (Coconut Milk) as Related to its Use in Plant Tissue Culture. New
York: Plant Research Inc.
Wattimena,
G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman.
Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB dan Lembaga Sumberdaya
Informasi IPB.
Wetherell,
W.F. 1982. Introduction in Vitro
Propagation. New Jersey: Avery Publishing Group.
Widiastoety
dan F.A. Bahar. 1995. Pengaruh berbagai sumber dan kadar karbohidrat terhadap
plantlet anggrek Dendrobium. Jurnal Hortikultura 5 (3): 76-80.
Widiastoety, D. dan A. Santi. 1994. Pengaruh air kelapa terhadap
pembentukan protocorm like bodies
(plbs) dari anggrek Vanda dalam
medium cair. Jurnal Hortikultura 4
(2):71-73.
2
|
0 komentar