RESPON PADI TRANSGENIK PADA CEKAMAN SALINITAS
RESPON PADI TRANSGENIK CV. NIPPONBARE GENERASI T1 YANG MENGANDUNG GEN Oryza sativa DEHYDRATION-RESPONSE
ELEMENT BINDING 1A (OsDREB1A)
TERHADAP CEKAMAN SALINITAS*
[Response of T1 Generation Transgenic Rice cv. Nipponbare Containing an Oryza sativa Dehydration-response
Element Binding 1A (OsDREB1A) Gene to
Salinity Stress]
Tri Joko
Santoso ,
Aniversari Apriana, Atmitri Sisharmini, dan Kurniawan Rudi Trijatmiko
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian (BB BIOGEN), Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu, Jl.
Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111; Telp. 0251-8816897,
Faks. 0251-8338820; e-mail: trijsant@yahoo.com
ABSTRACT
Salinity is one of the abiotic constraints in the cultivation of rice
crop. One of the reasons agricultural land becomes saline is due to the
intrusion of seawater into the mainland as a result of global climate change. Dehydration-responsive element binding
(DREB) gene is a plant -specific transcription factor gene that have important
role in regulating plant responses to abiotic stresses, including high
salinity. Trans-genic rice plants cv. Nipponbare carrying OsDREB1A gene have been generated. However, study of the response
of putative transgenic plants to salinity has not been done. The research
objective is to study the response of T1 generation Nipponbare-OsDREB1A transgenic rice plants to
salinity stress. The result showed that the response of putative transgenic
rice Nipponbare-OsDREB1A to salinity
stress 25 mM and 150 mM NaCl indicated a level of tolerance varies from highly
sensitive to highly tolerance. These variations were possibly occurred be-cause
of the segregation state of the T1 generation transgenic rice. Based on damage
symptom scoring and PCR analysis provided informa-tion that transgenic rice
plant cv. Nipponbare-OsDREB1A which
showed positive PCR had a very high tolerance to salinity stress 150 mM
compared with non-transgenic rice cv. Nipponbare.
Key words: Rice (Oryza
sativa L.), transgenic plant, OsDREB1A gene, salinity, PCR
ABSTRAK
Salinitas merupakan salah satu kendala abiotik di dalam budidaya tanaman
padi. Salah satu penyebab tanah pertanian menjadi salin di-karenakan terjadinya
intrusi air laut ke daratan sebagai sebuah akibat dari perubahan iklim global.
Gen dehydration-responsive element binding (DREB) merupakan gen faktor
transkripsi spesifik tanaman yang mempunyai peranan penting di dalam meregulasi
respon tanaman terhadap cekaman
abiotik, termasuk salinitas tinggi. Transgenik padi cv. Nipponbare yang membawa
gen OsDREB1A telah dihasilkan. Akan
tetapi, studi respon tanaman transgenik padi Nipponbare tersebut terhadap
cekaman salinitas belum dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk mempelajari
respon tanaman transgenik padi cv. Nipponbare-OsDREB1A generasi T1 terhadap cekaman salinitas. Hasil menunjukkan
bahwa respon tanaman padi transgenik Nipponbare-OsDREB1A terhadap cekaman salinitas 25 mM dan 150 mM NaCl
meng-indikasikan adanya tingkat toleransi yang bervariasi dari sangat peka sampai
sangat toleran. Variasi ini kemungkinan terjadi karena adanya segregasi dari
tanaman transgenik generasi T1. Berdasarkan skoring gejala kerusakan dan
analisis PCR memberikan informasi bahwa tana-man transgenik padi Nipponbare-OsDREB1A yang menunjukkan PCR positif
mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap cekaman salinitas 150 mM
dibandingkan dengan tanaman padi non-transgenik cv. Nipponbare.
Kata kunci: Padi (Oryza
sativa L.), tanaman transgenik,
gen OsDREB1A, salinitas, PCR
PENDAHULUAN
Salinitas tanah atau lahan
pertanian telah menjadi salah satu masalah serius dalam produksi tanaman padi
di Indonesia. Menurut penelitian, lahan persawahan yang mengalami intrusi air
laut sehingga tanahnya bersifat salin saat ini semakin meluas. Daerah-daerah tersebut
berada di sepanjang pantai utara dan selatan Pulau Jawa (Las et al., 2008). Selain itu juga, tanah
salin terbentuk di daerah Aceh dan Nias yang beberapa tahun yang lalu mengalami
musibah tsunami (Sembiring et al.,
2008). Sedangkan di belahan Indonesia bagian Timur seperti Sulawesi Selatan dan
Flores (Nusa Tenggar Timur) juga telah mengalami intrusi air laut ke
daratan dan telah masuk ke lahan pertanian (Sembiring et al., 2008). Namun informasi yang akurat tentang pertambahan
lahan salin tiap tahunnya belum ada. Sedangkan berdasar informasi sebelum-nya,
lahan salin dapat meliputi daerah pasang surut yang luasnya hampir mencapai
24,40 ha yang terse-bar di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Papua (Balai
Penelitian Rawa, 2005). Salinitas tinggi ditandai kandungan garam (kegaraman)
yang tinggi pada tanah atau lahan pertanian akan bersifat racun/ toksik bagi
tanaman. Oleh karena itu proses fisiologis dan fisik pada tanaman menjadi
terganggu. Dengan demikian, lahan-lahan dengan salinitas
tinggi akan sulit bagi tanaman termasuk padi, untuk dapat tumbuh normal.
Faktor transkripsi adalah urutan
khusus asam amino yang berikatan dengan DNA untuk mengontrol proses penempelan
RNA polimerase pada DNA sehingga mengontrol transkripsi gen. Faktor transkripsi
ini mempunyai bagian-bagian spesifik atau disebut dengan domain. Faktor transkripsi ini terdiri dari 2 domain, yaitu DNA binding domain dan cis-acting domain (Haake et
al., 2002). Gen dehydration-responsive
element binding (DREB)
merupakan faktor transkripsi dari gen famili EREBP yang mengatur ekspresi dari sejumlah gen yang bertanggung jawab terhadap sifat
ketahanan terhadap cekaman lingkungan (Xiong dan Fei, 2006). Gen faktor
transkripsi DREB telah berhasil
diisolasi dan di over-ekspresikan pada tanaman (Xiong dan Fei, 2006). Faktor
transkripsi DREB ketika
diover-ekspresikan pada Arabidopsis
mampu meningkatkan ekspresi gen-gen yang terkait cekaman abiotik sehingga
menimbulkan ketahanan terhadap salinitas tinggi, kekeringan, dan suhu dingin
(Kasuga et al., 1999). Begitu pula dengan ortolog dari DREB pada padi, yaitu OsDREB1A ketika diover-ekspresikan pada Arabidopsis meningkatkan toleransi
terhadap salinitas tinggi, kekeringan dan suhu dingin (Dubouzet et al., 2003). Bukti-bukti ini
mengindikasikan adanya konservasi mekanisme molekuler dan fungsi dari famili
faktor transkripsi DREB ini pada
tanaman monokotil dan dikotil. Isolasi
gen DREB1A dari tanaman padi dan mengintroduksikan kembali gen tersebut
(over-ekspresi) ke tanaman padi cv. Nipponbare telah dilakukan menggunakan
vektor Agrobacterium tumefaciens (Yunus et al., 2007). Namun, tanaman
padi transgenik yang membawa gen OsDREB1A
belum diuji toleransinya terhadap cekaman salinitas. Pengujian tanaman
Nipponbare-OsDREB1 generasi T1 dengan
salah satu perlakuan cekaman abiotik yaitu kekeringan menunjukkan bahwa
beberapa tanaman segregan mempunyai respon toleransi yang relatif tinggi terhadap kekeringan (Santoso et al., 2009).
Tujuan penelitian adalah untuk
mempelajari respon tanaman padi transgenik Nipponbare-
OsDREB1A generasi T1 (masih mengalami segre-gasi) untuk
toleransi terhadap cekaman salinitas pada 25 mM dan 150 mM NaCl dan melakukan
analisis PCR untuk mengetahui keberadaan gen OsDREB1A pada tanaman padi generasi T1 tersebut.
BAHAN DAN METODA
Bahan penelitian terdiri dari dua set tana-man
dimana satu set untuk pengujian cekaman salini-tas 25 mM NaCl dan satu set lagi
untuk pengujian cekaman salinitas 150 mM NaCl. Satu set bahan tanaman terdiri
dari 96 tanaman dari dua galur padi transgenik Nipponbare-OsDREB1A generasi T1, yaitu galur 4D (48 tanaman) dan galur 5D (48
tanaman). Selain itu, padi Nipponbare non-transgenik disertakan dalam
masinng-masing set penelitian sebagai kontrol. Kontrol azogous dari Nip-ponbare
tidak diikutkan dalam penelitian ini karena pengujian dilakukan pada generasi
T1. Masing-masing individu tanaman padi cv. Nipponbare transgenik generasi T1
bertindak sebagai satu sampel uji sehingga tidak bisa digunakan sebagai
ulangan, maka dalam penelitian ini tidak menggunakan rancangan percobaan.
Sebagai informasi tambahan, materi tanaman transgenik yang digunakan dalam
penelitian belum dianalisis Southern Blot sehingga informasi jumlah kopi belum
diketahui.
Metoda pengujian cekaman
salinitas mengi-kuti prosedur dari Gregorio (1997) dengan memodi-fikasi dalam
penambahan konsentrasi NaCl.
Perkecambahan dan Penanaman Bibit Padi transgenik
Benih tanaman padi transgenik Nipponbare-
OsDREB1 dan kontrol dikecambahkan pada cawan petri. Tanaman padi yang berumur dua
minggu dipindahkan pada sterofoam (ketebalan 1,5 cm) yang dilubangi (terdapat
60 lubang dengan jarak 8cm x 8cm) dan diletakkan di atas bak kaca berukuran 80cm x
50cm x 15cm yang berisi larutan Yoshida
Perlakuan cekaman salinitas pada konsentrasi 25
mM dan 150 mM NaCl
Untuk perlakuan 25 mM NaCl,
tanaman-tanaman uji diberi perlakuan cekaman salinitas dengan cara menambahkan
NaCl sehingga konsentrasi akhir dalam larutan adalah 25 mM. Sebelum diberi
perlakuan, tanaman-tanaman uji berumur 2 minggu di bak kaca diukur terlebih
dahulu tinggi tanaman dan panjang akar sebagai data awal. Larutan diatur
sehingga memiliki pH 5,0 dan dipertahankan selama perlakuan cekaman. Perlakuan
cekaman dilakukan selama 15 hari, setiap lima hari dilakukan pengamatan respon
tanaman dengan mengukur kembali tinggi tanaman dan panjang akarnya. Pengamatan
respon tanaman padi terhadap cekaman 25 mM NaCl dilakukan dengan mengukur
pertumbuhan tanaman (pertambahan tinggi dan pertambahan panjang akar) sebelum
dan sesudah perlakuan cekaman NaCl. Dari selisih hasil pengukuran tinggi
tanaman dan panjang akar tanaman sesudah (hari ke 15) dan sebelum (hari ke-0)
perlakuan cekaman NaCl akan diperoleh angka indeks. Berdasarkan angka indeks
dapat diketahui respon masing-masing tanaman padi Nipponbare transgenik
generasi T1 terhadap perlakuan cekaman 25 mM NaCl.
Untuk cekaman salinitas 150 mM
NaCl, dalam larutan Yoshida ditambahkan NaCl sehingga konsentrasi akhir adalah
150 mM. Tanaman-tanaman dibiarkan pada perlakuan cekaman 150 mM NaCl ini selama
3 hari. Berbeda dengan perlakuan 25 mM NaCl yang mendasarkan pada indeks tinggi
tanaman dan panjang akar, pengamatan respon tanaman padi terhadap perlakuan 150
mM dilakukan dengan pemberian skor berdasarkan evaluasi standar pengamatan
kerusakan akibat cekaman salinitas pada tahap bibit (Gregorio, 1997).
Isolasi DNA
genom total dari tanaman terpilih
dan kontrol
Galur-galur tanaman yang terpilih pada
pengujian cekaman salinitas 25 mM
dan 150 mM NaCl diisolasi DNAnya untuk analisis PCR. Isolasi DNA dilakukan
dengan metode CTAB melalui tiga tahap yaitu preparasi ekstrak sel, pemurnian
DNA, dan pemekatan DNA (Doyle and Doyle, 1990). DNA pelet yang diperoleh
kemudian dilarutkan dalam buffer TE atau ddH2O dan siap digunakan untuk analisis PCR.
Analisis molekuler dengan PCR pada tanaman
padi putatif transgenik
Analisis
molekuler dilakukan hanya pada tanaman terpilih yang menunjukkan respon lebih
baik dibandingkan dengan kontrol untuk pengujian cekaman 25 mM NaCl dan tanaman
terpilih yang toleran dan sangat toleran pada pengujian cekaman 150 mM NaCl.
Analisis PCR dilakukan dengan menggunakan primer gen spesifik hpt (hygromycin
phospho-transferase) yang berada satu
kaset dengan
gen target
|
dan memiliki
sekuen
|
basa nukleotida
|
||
u n t u k
|
p r i m e r
|
f o r w a r d
|
( F ) :
|
5 ’ -
|
GATGCCTCCGCTCGAAGTAGCG-3’ dan
primer reverse (R): 5’-GCATCTGCCGTGCACATG-3’. Reaksi amplifikasi PCR mempunyai total
volume 20 µl dengan konsentrasi akhir dari masing-masing komponen adalah
sebagai berikut: 1x buffer PCR (100 mM Tris-HCl, 500 mM KCl, pH 8.3), 1,5 mM
MgCl2, 0,2 mM dNTP mix, 0,5 uM primer F dan R, 1 unit Taq
DNA polymerase dan 1 µl DNA cetakan
dengan konsentrasi 50 ng/µl. Program amplifikasi PCR adalah sebagai berikut:
denaturasi awal pada suhu 94--ºC selama 3 menit sebanyak 1 siklus, dilanjutkan
dengan 35 siklus yang terdiri atas: denaturasi pada suhu 94--ºC selama 30
detik, penempelan primer pada suhu 60ºC selama 30 detik, pemanjangan primer
pada suhu 720C selama 45 detik. Pemanjangan primer terakhir
selama 7 menit pada suhu 720C. Selain DNA sampel juga digunakan DNA plasmid
pCAMBIA-OsDREB1A sebagai kontrol
positif dan DNA padi non transgenik serta air (tanpa DNA cetakan) masing-masing
sebagai kontrol negatif. Produk PCR (amplikon) kemudian dielektroforesis dengan
menggunakan gel agarosa dan divisualisasi dengan Chemidoc gel system (Biorad).
HASIL
Respon padi transgenik Nipponbare generasi T1
terhadap cekaman 25 mM NaCl
Terdapat respon yang berbeda dari
tanaman padi transgenik Nipponbare-OsDREB1A
setelah diberi perlakuan cekaman 25 mM NaCl. Hal ini dapat dilihat dari indeks
pertambahan panjang akar dan tinggi tanaman yang diamati (Tabel 1).
Ber-dasarkan angka indeks pertambahan panjang akar dan tinggi tanaman, respon
individu-individu tanaman transgenik generasi T1 dapat dibandingkan dengan
tanaman kontrol (Nipponbare non-transgenik). Pada galur transgenik 4D diperoleh
17 tanaman dari 48 tanaman uji yang menunjukkan indeks
pertambahan panjang akar dan tinggi tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan
kontrol. Se-mentara itu pada galur transgenik 5D, hasil pengu-jian telah
diperoleh 12 tanaman dari 48 tanaman uji yang menunjukkan respon lebih baik
dibandingkan dengan tanaman kontrol (Tabel 1, Foto 1).
Respon padi putatif transgenik Nipponbare
terhadap cekaman 150 mM NaCl
Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa skor gejala dan toleransi yang diperlihatkan oleh tanaman padi putatif
transgenik Nipponbare-OsDREB1A
generasi T1 baik galur 4D atau 5D setelah diberi perlakuan cekaman salinitas
150 mM NaCl juga bervariasi. Berbeda dengan cekaman 25 mM NaCl,
Tabel 1. Indeks pertambahan panjang akar dan tinggi tanaman
padi Nipponbare-OsDREB1A generasi T1 (48 tanaman galur 4D dan 5D) pada 25 mM NaCl
Indeks
Pertambahan
|
|||
No.
|
Galur Tanaman 4D
|
Panjang
|
Tinggi
|
akar
|
tanaman
|
||
1
|
I-4D1
|
5,6
|
16,0
|
2
|
I-4D2
|
6,2
|
5,7
|
3
|
I-4D3
|
4,3
|
5,4
|
4
|
I-4D4
|
2,8
|
3,8
|
5
|
I-4D5
|
9,0
|
19,5
|
6
|
I-4D6*
|
11,8
|
26,0
|
7
|
I-4D7
|
8,0
|
19,1
|
8
|
I-4D8
|
9,0
|
16,5
|
9
|
I-4D9*
|
10,8
|
29,6
|
10
|
I-4D10*
|
12,2
|
22,4
|
11
|
I-4D11*
|
13,5
|
24,5
|
12
|
I-4D12
|
0,0
|
0,0
|
13
|
I-4D13
|
7,5
|
16,6
|
14
|
I-4D14*
|
11,7
|
23,7
|
15
|
I-4D15
|
5,5
|
16,5
|
16
|
I-4D16
|
8,7
|
21,3
|
17
|
I-4D17
|
8,6
|
15,8
|
18
|
I-4D18
|
0,7
|
0,1
|
19
|
I-4D19*
|
11,7
|
25,3
|
20
|
I-4D20*
|
14,9
|
22,9
|
21
|
I-4D21
|
6,4
|
16,8
|
22
|
I-4D22
|
2,1
|
0,4
|
23
|
I-4D23*
|
10,6
|
22,0
|
24
|
I-4D24
|
4,1
|
7,8
|
25
|
I-4D25
|
7,1
|
15,3
|
26
|
I-4D26*
|
12,9
|
24,4
|
27
|
I-4D27*
|
13,0
|
28,6
|
28
|
I-4D28*
|
12,9
|
25,7
|
29
|
I-4D29*
|
11,3
|
24,9
|
30
|
I-4D30*
|
11,5
|
25,4
|
Indeks
pertambahan
|
|||
No.
|
Galur Tanaman 5D
|
Panjang
|
Tinggi
|
Akar
|
Tanaman
|
||
1
|
I-5D1
|
8,3
|
15,8
|
2
|
I-5D2*
|
13,5
|
26,2
|
3
|
I-5D3
|
8,7
|
15,1
|
4
|
I-5D4
|
9,8
|
18,7
|
5
|
I-5D5
|
9,7
|
21,2
|
6
|
I-5D6
|
7,7
|
17,0
|
7
|
I-5D7*
|
12,3
|
28,5
|
8
|
I-5D8*
|
11,7
|
26,9
|
9
|
I-5D9*
|
10,2
|
26,4
|
10
|
I-5D10
|
7,9
|
15,5
|
11
|
I-5D11*
|
12,9
|
27,8
|
12
|
I-5D12
|
9,4
|
18,6
|
13
|
I-5D13
|
7,9
|
17,1
|
14
|
I-5D14
|
9,0
|
19,8
|
15
|
I-5D15*
|
12,2
|
25,4
|
16
|
I-5D16
|
8,9
|
12,0
|
17
|
I-5D17
|
9,3
|
13,7
|
18
|
I-5D18*
|
13,3
|
26,9
|
19
|
I-5D19
|
8,4
|
18,3
|
20
|
I-5D20*
|
15,8
|
26,8
|
21
|
I-5D21
|
8,9
|
19,4
|
22
|
I-5D22
|
9,5
|
21,4
|
23
|
I-5D23
|
6,2
|
16,1
|
24
|
I-5D24
|
4,8
|
13,4
|
25
|
I-5D25
|
9,3
|
18,0
|
26
|
I-5D26*
|
12,0
|
28,7
|
27
|
I-5D27
|
4,0
|
19,6
|
28
|
I-5D28
|
9,1
|
18,5
|
29
|
I-5D29
|
9,5
|
17,4
|
30
|
I-5D30
|
8,2
|
20,9
|
244
Indeks Pertambahan
|
|||
No.
|
Galur Tanaman 4D
|
||
Panjang
|
Tinggi
|
||
akar
|
tanaman
|
||
31
|
I-4D31*
|
11,4
|
24,4
|
32
|
I-4D32
|
6,7
|
19,5
|
33
|
I-4D33*
|
13,2
|
27,4
|
34
|
I-4D34
|
8,3
|
19,3
|
35
|
I-4D35
|
7,7
|
18,5
|
36
|
I-4D36
|
2,3
|
5,0
|
37
|
I-4D37
|
9,0
|
17,2
|
38
|
I-4D38
|
9,2
|
19,9
|
39
|
I-4D39
|
7,3
|
18,2
|
40
|
I-4D40*
|
13,9
|
26,5
|
41
|
I-4D41*
|
12,3
|
23,0
|
42
|
I-4D42
|
5,1
|
19,0
|
43
|
I-4D43
|
6,4
|
9,7
|
44
|
I-4D44
|
9,3
|
8,4
|
45
|
I-4D45
|
6,0
|
20,2
|
46
|
I-4D46
|
5,5
|
16,8
|
47
|
I-4D47
|
6,1
|
23,9
|
48
|
I-4D48
|
4,2
|
6,6
|
Nipponbare NT 1
|
8,6
|
17,7
|
|
Nipponbare NT 2
|
7,8
|
18,3
|
|
Nipponbare NT 3
|
6,2
|
12,9
|
|
Galur Tanaman
|
Indeks pertambahan
|
|||
No.
|
||||
Panjang
|
Tinggi
|
|||
5D
|
||||
Akar
|
Tanaman
|
|||
31
|
I-5D31
|
8,9
|
12,2
|
|
32
|
I-5D32
|
7,3
|
16,4
|
|
33
|
I-5D33
|
8,2
|
20,6
|
|
34
|
I-5D34
|
9,7
|
19,6
|
|
35
|
I-5D35
|
8,1
|
18,0
|
|
36
|
I-5D36
|
8,6
|
17,0
|
|
37
|
I-5D37
|
5,6
|
19,0
|
|
38
|
I-5D38*
|
12,4
|
28,4
|
|
39
|
I-5D39
|
8,1
|
19,4
|
|
40
|
I-5D40
|
7,3
|
17,5
|
|
41
|
I-5D41
|
9,6
|
16,3
|
|
42
|
I-5D42
|
8,2
|
9,3
|
|
43
|
I-5D43
|
9,0
|
19,7
|
|
44
|
I-5D44*
|
11,7
|
26,1
|
|
45
|
I-5D45
|
8,7
|
19,0
|
|
46
|
I-5D46*
|
11,1
|
26,3
|
|
47
|
I-5D47
|
8,9
|
22,5
|
|
48
|
I-5D48
|
3,4
|
6,7
|
|
Nipponbare NT 4
|
9,4
|
18,5
|
||
Nipponbare NT 5
|
6,7
|
17,6
|
||
*) Tanaman transgenik yang
mempunyai respon lebih baik dibandingkan tanaman kontrol (Nipponbare NT,
non-transgenik)
respon galur-galur tanaman padi putatif transgenik
Nipponbare-OsDREB1A pada cekaman 150
mM didasarkan pada skoring kerusakan tanaman seperti yang dilakukan oleh
Gregorio (1997). Berdasarkan skoring dan penentuan toleransi terhadap cekaman
salinitas, galur 4D menghasilkan tanaman toleran dan sangat toleran
masing-masing 2 dan 7 tanaman. Sementara itu, untuk galur transgenik 5D
menghasil-kan tanaman yang toleran dan sangat toleran masing-masing sebanyak 1
dan 10 tanaman (Tabel 2). Galur toleran atau sangat toleran ditandai dengan
pertum-buhan normal tanaman tersebut (daun masih hijau segar), sementara galur
tanaman peka atau sangat peka diindikasikan dengan kering atau matinya tana-man
Analisis
molekuler tanaman padi
putatif trans-
genik menggunakan teknik PCR
Sampel-sampel tanaman putatif
transgenik yang dianalisis PCR adalah tanaman padi Nippon-bare-OsDREB1A yang menunjukkan respon
perkem-bangan tanaman lebih baik dibandingkan dengan kontrol pada perlakuan 25
mM NaCl dan tanaman toleran (T) dan sangat toleran (ST) pada perlakuan 150 mM
NaCl. Hasil analisis PCR tanaman-tanaman padi terpilih pada perlakuan 25 mM
NaCl menunjuk-kan bahwa dari 17 tanaman terpilih galur 4D diperoleh 12 tanaman
yang positif PCR (Tabel 3, Foto 3). Tanaman positif PCR diindikasikan dengan
dihasilkannya amplikon berukuran 500 bp (Foto 3). Sementara itu, hasil analisis
12 tanaman terpilih
246
Tabel 2. Hasil skoring 48 galur tanaman 4D dan 5D padi
putatif transgenik Nipponbare-OsDREB1A generasi T1 setelah diberi perlakuan cekaman 150 mM NaCl
No
|
Galur Tanaman 4D
|
Skor
|
Toleransi
|
|
kerusakan
|
||||
1
|
II-4D1*
|
1
|
ST
|
|
2
|
II-4D2
|
7
|
P
|
|
3
|
II-4D3
|
7
|
P
|
|
4
|
II-4D4
|
9
|
SP
|
|
5
|
II-4D5
|
7
|
P
|
|
6
|
II-4D6
|
5
|
MT
|
|
7
|
II-4D7
|
5
|
MT
|
|
8
|
II-4D8
|
7
|
P
|
|
9
|
II-4D9
|
5
|
MT
|
|
10
|
II-4D10
|
5
|
MT
|
|
11
|
II-4D11*
|
1
|
ST
|
|
12
|
II-4D12
|
5
|
MT
|
|
13
|
II-4D13
|
9
|
SP
|
|
14
|
II-4D14
|
7
|
P
|
|
15
|
II-4D15
|
9
|
SP
|
|
16
|
II-4D16*
|
3
|
T
|
|
17
|
II-4D17
|
5
|
MT
|
|
18
|
II-4D18
|
5
|
MT
|
|
19
|
II-4D19
|
9
|
SP
|
|
20
|
II-4D20*
|
1
|
ST
|
|
21
|
II-4D21
|
5
|
MT
|
|
22
|
II-4D22
|
5
|
MT
|
|
23
|
II-4D23*
|
1
|
ST
|
|
24
|
II-4D24
|
5
|
MT
|
|
25
|
II-4D25
|
5
|
MT
|
|
26
|
II-4D26*
|
1
|
ST
|
|
27
|
II-4D27
|
5
|
MT
|
|
28
|
II-4D28*
|
3
|
T
|
|
29
|
II-4D29*
|
1
|
ST
|
|
30
|
II-4D30
|
9
|
SP
|
|
31
|
II-4D31
|
5
|
MT
|
|
32
|
II-4D32
|
5
|
MT
|
|
33
|
II-4D33
|
9
|
SP
|
|
34
|
II-4D34
|
7
|
P
|
|
35
|
II-4D35
|
9
|
SP
|
|
36
|
II-4D36
|
9
|
SP
|
|
37
|
II-4D37*
|
1
|
ST
|
|
38
|
II-4D38
|
7
|
P
|
|
39
|
II-4D39
|
7
|
P
|
|
40
|
II-4D40
|
5
|
MT
|
|
41
|
II-4D41
|
5
|
MT
|
|
42
|
II-4D42
|
7
|
P
|
|
43
|
II-4D43
|
5
|
MT
|
|
44
|
II-4D44
|
5
|
MT
|
|
45
|
II-4D45
|
9
|
SP
|
|
46
|
II-4D46
|
5
|
MT
|
|
47
|
II-4D47
|
7
|
P
|
|
48
|
II-4D48
|
9
|
SP
|
|
Nipponbare NT 1
|
9
|
SP
|
||
Nipponbare NT 2
|
9
|
SP
|
||
Nipponbare NT 3
|
9
|
SP
|
Skor
|
|||
No.
|
Galur Tanaman 5D
|
kerusakan
|
Toleransi
|
1
|
II-5D1
|
7
|
P
|
2
|
II-5D2
|
9
|
SP
|
3
|
II-5D3
|
9
|
SP
|
4
|
II-5D4
|
9
|
SP
|
5
|
II-5D5
|
9
|
SP
|
6
|
II-5D6
|
7
|
P
|
7
|
II-5D7
|
5
|
MT
|
8
|
II-5D8*
|
1
|
ST
|
9
|
II-5D9
|
7
|
P
|
10
|
II-5D10
|
5
|
MT
|
11
|
II-5D11
|
9
|
SP
|
12
|
II-5D12
|
7
|
P
|
13
|
II-5D13
|
5
|
MT
|
14
|
II-5D14
|
7
|
P
|
15
|
II-5D15
|
9
|
SP
|
16
|
II-5D16
|
5
|
MT
|
17
|
II-5D17
|
9
|
SP
|
18
|
II-5D18*
|
1
|
ST
|
19
|
II-5D19*
|
1
|
ST
|
20
|
II-5D20*
|
1
|
ST
|
21
|
II-5D21
|
5
|
MT
|
22
|
II-5D22*
|
1
|
ST
|
23
|
II-5D23
|
5
|
SP
|
24
|
II-5D24*
|
1
|
ST
|
25
|
II-5D25
|
9
|
SP
|
26
|
II-5D26
|
7
|
P
|
27
|
II-5D27
|
9
|
SP
|
28
|
II-5D28
|
5
|
MT
|
29
|
II-5D29
|
7
|
P
|
30
|
II-5D30*
|
1
|
ST
|
31
|
II-5D31
|
7
|
P
|
32
|
II-5D32
|
7
|
P
|
33
|
II-5D33*
|
3
|
T
|
34
|
II-5D34
|
5
|
MT
|
35
|
II-5D35*
|
1
|
ST
|
36
|
II-5D36
|
7
|
P
|
37
|
II-5D37
|
5
|
MT
|
38
|
II-5D38
|
7
|
P
|
39
|
II-5D39
|
9
|
SP
|
40
|
II-5D40*
|
1
|
ST
|
41
|
II-5D41
|
9
|
SP
|
42
|
II-5D42
|
7
|
P
|
43
|
II-5D43
|
5
|
MT
|
44
|
II-5D44
|
9
|
SP
|
45
|
II-5D45
|
7
|
P
|
46
|
II-5D46
|
5
|
MT
|
47
|
II-5D47
|
7
|
P
|
48
|
II-5D48*
|
1
|
ST
|
Nipponbare NT 4
|
9
|
SP
|
|
Nipponbare NT 5
|
9
|
SP
|
|
Keterangan: *) Tanaman yang mempunyai respon toleran (T) atau sangat
toleran (ST). ST=sangat toleran, T=toleran, MT=moderat toleran, P=peka dan
SP=sangat peka
247
Tabel 3. Hasil analisis PCR pada 17 tanaman galur 4D dan 12
tanaman galur 5D padi transgenik Nipponbare-OsDREB1A
generasi T1 terpilih pada perlakuan 25 mM NaCl menggunakan primer spesifik hptII
No.
|
Galur tanaman
|
Hasil PCR
|
1.
|
I-4D6
|
-
|
2.
|
I-4D9
|
+
|
3.
|
I-4D10
|
-
|
4.
|
I-4D11
|
-
|
5.
|
I-4D14
|
+
|
6.
|
I-4D19
|
-
|
7.
|
I-4D20
|
+
|
8.
|
I-4D23
|
+
|
9.
|
I-4D26
|
+
|
10.
|
I-4D27
|
+
|
11.
|
I-4D28
|
+
|
12.
|
I-4D29
|
+
|
13.
|
I-4D30
|
+
|
14.
|
I-4D31
|
+
|
15.
|
I-4D33
|
-
|
16.
|
I-4D40
|
+
|
17.
|
I-4D41
|
+
|
No
|
Galur Tanaman
|
Hasil PCR
|
1.
|
I-5D2
|
+
|
2.
|
I-5D7
|
+
|
3.
|
I-5D8
|
+
|
4.
|
I-5D9
|
+
|
5.
|
I-5D11
|
+
|
6.
|
I-5D15
|
+
|
7.
|
I-5D18
|
+
|
8.
|
I-5D20
|
+
|
9.
|
I-5D26
|
+
|
10.
|
I-5D38
|
+
|
11.
|
I-5D44
|
+
|
12.
|
I-5D46
|
-
|
Keterangan: Hasil PCR: (+) menghasilkan
amplikon berukuran 500 bp, (-) tidak menghasilkan amplikon berukuran 500 b
Tabel 4. Hasil
analisis PCR pada 9 tanaman 4D dan 11 tanaman galur 5D padi transgenik
Nipponbare-OsDREB1A generasi T1
terpilih pada perlakuan 150 mM NaCl menggunakan primer spesifik hptII
No.
|
Galur
|
Toleransi
|
Hasil PCR
|
No.
|
Galur
|
Toleransi
|
Hasil
|
|
tanaman
|
Tanaman
|
PCR
|
||||||
1.
|
II-4D1
|
ST
|
+
|
1.
|
II-5D8
|
ST
|
+
|
|
2.
|
II-4D11
|
ST
|
+
|
2.
|
II-5D18
|
ST
|
+
|
|
3.
|
II-4D16
|
T
|
-
|
3.
|
II-5D19
|
ST
|
+
|
|
4.
|
II-4D20
|
ST
|
+
|
4.
|
II-5D20
|
ST
|
+
|
|
5.
|
II-4D23
|
ST
|
+
|
5.
|
II-5D22
|
ST
|
+
|
|
6.
|
II-4D26
|
ST
|
+
|
6.
|
II-5D24
|
ST
|
+
|
|
7.
|
II-4D28
|
T
|
-
|
7.
|
II-5D30
|
ST
|
+
|
|
8.
|
II-4D29
|
ST
|
+
|
8.
|
II-5D33
|
T
|
-
|
|
9.
|
II-4D37
|
ST
|
+
|
9.
|
II-5D35
|
ST
|
+
|
|
10.
|
II-5D40
|
ST
|
+
|
|||||
11.
|
II-5D48
|
ST
|
+
|
Keterangan:
Hasil PCR: (+) menghasilkan amplikon berukuran 500 bp, (-) tidak menghasilkan
amplikon berukuran 500 bp
Hasil analisis PCR terhadap 9
galur tanaman 4D padi transgenik Nipponbare-OsDREB1A
generasi T1 dengan kategori toleran dan sangat toleran ber-dasarkan perlakuan
150 mM NaCl menunjukkan bahwa terdapat 7 tanaman positif mengandung gen hpt (Tabel 4, Foto 5). Sementara itu, hasil analisis 11 tanaman terpilih galur tanaman 5D padi
transgenik Nipponbare-OsDREB1A
generasi T1 pada perlakuan 150 mM NaCl diperoleh 10 tanaman yang positif PCR (Tabel
4, Foto 6).
PEMBAHASAN
Over-ekspresi gen faktor transkripsi
OsDREB1A pada padi dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap cekaman salinitas (Hu et al., 2008). Gen tersebut merupakan
gen penyandi protein yang berperan dalam peningkatan proses transkripsi dari
gen-gen yang meregulasi cekaman abiotik termasuk salinitas. Hasil penelitian
menunjukkan adanya variasi respon toleransi galur tanaman padi transgenik
Nipponbare-OsDREB1A generasi T1
terhadap perlakuan cekaman salinitas 25 mM maupun 150 mM NaCl. Pada cekaman
salinitas 25 mM, variasi respon ditunjukkan dengan adanya perbedaan pertumbuhan
tanaman yang meliputi tinggi tanaman dan panjang akar (Tabel 1). Beberapa
tanaman galur 4D dan 5D padi transgenik Nipponbare-OsDREB1A generasi T1 pada pengujian salinitas 25 mM NaCl
menunjukkan respon pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman padi
Nipponbare non-transgenik. Sementara itu pada cekaman salinitas 150 mM, variasi respon
ditunjukkan oleh perbedaan toleransi galur tanaman yang berkisar dari sangat
peka sampai sangat toleran (Tabel 2). Beberapa tanaman galur 4D dan 5D padi
transgenik Nipponbare-OsDREB1A
generasi T1 pada pengujian salinitas 150 mM NaCl menunjukkan respon toleran dan
sangat toleran.
Adanya variasi respon ini diduga
berkaitan dengan generasi tanaman padi putatif transgenik yang diuji dimana
galur-galur tanaman transgenik Nipponbare-OsDREB1A
adalah tanaman transgenik generasi T1. Generasi T1 galur tanaman padi tr a nsge
nik Nipp o nb ar e - O sD R EB1 A ya
ng dikembangkan melalui pendekatan rekayasa genetik merupakan generasi yang
setara dengan generasi F2 pada persilangan konvensional/biasa sehingga
individu-individu tanaman pada generasi tersebut masih mengalami segregasi (ada
yang transgenik dan tidak transgenik) dan sebagai indikasinya adalah adanya
variasi respon terhadap perlakuan cekaman salinitas yang diberikan.
Tanaman padi putatif transgenik
perlu diuji secara molekuler dengan teknik PCR untuk mengetahui tanaman-tanaman
yang transgenik (membawa gen target). Karena materi tanaman padi transgenik
Nipponbare-OsDREB1A ini belum
diketahui jumlah kopi gen yang terintegrasi (belum dilakukan), maka analisis
segregasi tidak dilakukan. Sementara itu, data analisis PCR tidak mencakup
semua tanaman uji sehingga analisis segregasi juga tidak bisa dilakukan pada
penelitian ini. Analisis PCR pada tingkat awal dilakukan dengan mengunakan
primer spesifik hpt (hygromyc phospho-transferase). Tidak digunakannya primer spesifik untuk gen target OsDREB1A
karena secara alami (indigenus) gen tersebut ada dalam tanaman padi. Oleh
karena itu diperlukan strategi lain salah satunya menggunakan primer spesifik
untuk gen penyeleksi (dalam hal ini gen hpt)
yang posisinya berada dalam satu konstruk vektor dengan gen target (gen OsDREB1A).
Berdasarkan hasil analisis PCR pada tanaman
transgenik generasi T1 (bersegregasi) yang menun-jukkan pertumbuhan yang lebih
baik pada perlakuan 25 mM, maka dapat diketahui tanaman yang trans-genik
(positif PCR) dan yang bukan transgenik (negatif PCR). Tanaman transgenik (PCR
positif) diindikasikan dengan terbentuknya amplikon DNA berukuran 500 bp.
Meskipun sampel tanaman yang dianalisis PCR merupakan tanaman dengan
pertum-buhan yang lebih baik dari control (diperkirakan transgenik) namun masih
ditemukan adanya tanaman yang negatif PCR. Diduga ada beberapa hal yang tidak
terkontrol (escape). Pertama,
konsentrasi NaCl pada media larutan Yoshida sudah menurun selama 15 hari
perlakuan karena selama pengujian tidak dilakukan penggantian larutan Yoshida.
Oleh karena itu beberapa tanaman padi yang bukan transgenik mampu melakukan recovery (pulih dari tekanan cekaman dan
hidup normal kembali). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Harjadi dan Yahya
(1988) yang menyatakan bahwa bentuk ketahanan tanaman terhadap cekaman
lingkungan bersifat dapat balik, artinya tanaman akan tumbuh normal kembali
apa-bila kondisi lingkungannya dikembalikan pada keadaan normal. Kedua, lamanya
waktu yang digunakan untuk perlakuan pemaparan NaCl ke-mungkinan tidak cukup
untuk bisa menghambat per-tumbuhan tanaman-tanaman tersebut, karena
tana-man-tanaman tersebut memiliki vigor atau pertumbu-han yang lebih baik
dibandingkan dengan tanaman bukan transgenik yang lain. Oleh karena itu,
tanaman -tanaman tersebut mempunyai pertumbuhan yang juga lebih baik
dibandingkan dengan kontrol. Apa-bila waktu pemaparan NaCl 25 mM diperpanjang
ada kemungkinan tanaman-tanaman tersebut juga pada akhirnya akan menunjukkan
pertumbuhan yang terhambat seperti yang ditunjukkan tanaman padi
Nipponbare non-transgenik (tipe liar). Namun hal ini memerlukan penelitian
lebih lanjut.
Hasil analisis PCR galur-galur
tanaman padi transgenik Nipponbare-OsDREB1A
generasi T1 yang toleran dan sangat toleran pada perlakuan cekaman 150 mM NaCl
juga terdapat tanaman yang PCR negatif atau bukan transgenik. Dari data
toleransi, tanaman-tanaman yang negatif PCR tersebut ternyata merupakan
galur-galur tanaman padi dengan kategori toleran (T), sementara galur tanaman
yang PCR positif merupakan galur tanaman yang sangat toleran (ST) (Tabel 4).
Hal ini mengindikasikan bahwa toleransi yang sangat tinggi terhadap cekaman
salinitas tinggi dari galur-galut tanaman transgenik tersebut diharapkan
merupakan ekspresi dari gen
OsDREB1A yang telah terintegrasi ke dalam tanaman.
Padi termasuk ke dalam kelompok
tanaman yang memiliki toleransi sedang terhadap salinitas (Soertini, 2001). Hal
ini dibuktikan pada pengujian galur-galur tanaman padi transgenik Nipponbare-
OsDREB1A generasi T1 dengan cekaman salinitas 25 mM NaCl. Tanaman padi Nipponbare
tipe liar (non-transgenik) hanya mengalami sedikit penghambatan pertumbuhan
diindikasikan dari nilai indeks tinggi tanaman dan panjang akar (Tabel 1).
Namun pada perlakuan cekaman salinitas dengan konsentrasi 150 mM NaCl, padi
Nipponbare tipe liar (non-transgenik) mempunyai respon sangat peka (Tabel 2).
Cekaman salinitas 25 mM NaCl hanya berpengaruh terhadap penghambatan
pertumbuhan baik akar maupun tinggi tanaman, tetapi tanaman tidak sampai
mengalami kerusakan atau bahkan kematian tanaman. Oleh karena itu untuk
keperluan seleksi atau skrining padi transgenik toleran terhadap cekaman
salinitas karena adanya over-ekspresi gen faktor transkripsi OsDREB1A diperlukan konsentrasi NaCl
yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan supaya dapat diperoleh perbedaan toleransi
yang lebih nyata antara padi transgenik Nipponbare yang toleran dan yang peka.
Padi transgenik yang toleran salinitas akan dapat bertahan hidup secara normal
pada kondisi cekaman salinitas tinggi dengan ind
tidak/sedikit memperlihatkan gejala kerusakan
akibat konsentrasi NaCl yang tinggi. Sementara padi peka akan memperlihatkan
adanya gejala kerusakan yang jelas akibat konsentrasi NaCl yang tinggi. Gejala
kerusakan yang terlihat dapat berupa pertumbuhan tanaman terhenti, daun
menggulung dan mengering pada bagian ujung, terjadi gejala klorosis, dan bahkan
terjadi kematian pada beberapa tanaman yang sangat rentan (Gregorio, 1997).
Pada penelitian ini, galur-galur tanaman yang mengalami kerusakan yang parah
(daun menggulung, tanaman mengering bahkan sampai mengalami kematian)
diindikasikan dengan skor 7 dan 9 juga dapat dijumpai pada hasil pengamatan
(Tabel 2).
Over-ekspresi gen faktor
transkripsi OsDRE-B1A yang telah
terintegrasi ke dalam padi Nippon-bare diduga akan mengaktifkan gen-gen target
terkait dengan cekaman abiotik, termasuk cekaman salinitas tinggi, sehingga
tanaman padi Nipponbare-
OsDREB1A menjadi toleran. Beberapa penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa
over-ekspresi gen faktor transkripsi OsDREB1A
dapat meningkat-kan ekspresi dari gen-gen target yang berhubungan dengan
ketahanan terhadap salinitas seperti gen yang menyandikan protein hidrofilik
atau gen yang terlibat dalam lintasan respon asam absisat sehingga
mening-katkan toleransi tanaman padi terhadap salinitas tinggi (Xiong dan Fei
2006; Oh et al. 2005).
KESIMPULAN
Respon padi transgenik Nipponbare- OsDREB1A generasi T1 terhadap cekaman salinitas 25 mM dan 150 mM NaCl menunjukkan toleransi yang bervariasi dari pertumbuhan yang terhambat sampai normal (25 mM) dan dari sangat peka sampai sangat toleran (150 mM) karena adanya segregasi diantara individu tanaman. Perlakuan salinitas dengan menggunakan konsentrasi 150 mM NaCl dapat lebih membedakan tingkat toleransi secara nyata. Tanaman padi transgenik Nipponbare-OsDREB1A generasi T1 yang positif PCR menun-jukkan toleransi yang sangat tinggi pada cekaman salinitas 150 mM NaCl dibandingkan dengan padi
Respon padi transgenik Nipponbare- OsDREB1A generasi T1 terhadap cekaman salinitas 25 mM dan 150 mM NaCl menunjukkan toleransi yang bervariasi dari pertumbuhan yang terhambat sampai normal (25 mM) dan dari sangat peka sampai sangat toleran (150 mM) karena adanya segregasi diantara individu tanaman. Perlakuan salinitas dengan menggunakan konsentrasi 150 mM NaCl dapat lebih membedakan tingkat toleransi secara nyata. Tanaman padi transgenik Nipponbare-OsDREB1A generasi T1 yang positif PCR menun-jukkan toleransi yang sangat tinggi pada cekaman salinitas 150 mM NaCl dibandingkan dengan padi
Nipponbare
non-transgenik.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Rawa(Balittra). 2005. Laporan Tahunan Penelitian Pertanian Lahan Rawa Tahun 2004. Trip Alihamsyah dan Izzuddin
Noor (Penyunting). Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Banjarbaru
Doyle JJ and JL Doyle. 1990. Isolation
of plant DNA from fresh tissue. Focus 12, 13-15
Dubouzet JG, Y Sakuma, Y Ito, M Kasuga, EG Dubouzet, S Miura, M Seki, K
Shinozaki and K Yamaguchi-Shinozaki. 2003. OsDREB genes in
rice, Oryza sativa encode
transcription activators that function in drought, high-salt and
cold-responsive gene expression. Plant
Journal 33, 751-763.
Gregorio. 1997. Screening rice for salinity
tolerance. IRRI Dis-cussion 22,
3-13.
Haake V, DCook, JLRiechmann, MF Thomashow and JZ Zhang. 2002. Transcription faktor DREB is a regulator of drought adaptation in Arabidopsis.
Plant Physiology
130, 639–648.
Harjadi
SS dan S Yahya. 1988. Fisiologi Stress Lingkungan. PAU Bioteknologi-Institut Pertanian
Bogor.
Hu H, M Dai, J Yao, B Xiao, X Li, Q Zhang and L Xiong. 2008. Overexpressing a NAM, ATAF, and CUC (NAC) transcription factor enhances drought resistance and salt
tolerance in rice. Proceeding National
Academy Science USA 103, 12987-12992.
Kasuga M, Q Liu, Miura S, K Yamaguchi-Shinozaki and Shinozaki K. 1999. Improving plant drought, salt and
freezing tolerance by gene transfer of a single stress-inducible
transcription factor. National
Biotechnology 17, 287-291.
Las I, E Surmaini dan A Ruskandar. 2008. Antisipasi perubahan iklim:
inovasi teknologi dan arah penelitian padi di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Padi 2008:
Inovasi Teknologi Padi Mengantisipasi Perubahan Iklim Global Mendukung
Ketahanan Pangan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Padi, Sukamandi.
Oh SJ, IS Sang, SK Youn, JJ Hyun, YK Soo, K Minjeong, KK Yeon, HN Baek
and KK Ju. 2005. Arabidopsis CBF3/ DREB1A and ABF3 in Transgenic Rice Increased Toler-ance to Abiotic
Stress Stunting Growth. Plant Physiol-ogy. 138,
341-351.
Santoso TJ, A Apriana, A Sisharmini, Tasliah, S Moel-jopawiro dan IH
Soemantri. 2009. Perakitan Padi Transgenik Toleran Kekeringan dan
Tahan Blas Yang Dapat Menekan 20% Kehilangan Hasil dengan Produktivitas 7-8,5
ton/ha. Laporan Tahunan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.
Sembiring H, A Gani and T Iskandar. 2008. Implications of salinity
research in Aceh for indonesian rice growing, In: F Agus and G Tinning
(Eds.). Proceedings on International Workshop on Post Tsunami Soil
Management. Soil Research Institute-Ministry of Agriculture Indonesian-Soil Research Institute.
Soertini S. 2003. Aplikasi mutasi induksi dan
variasi somaklonal dalam pemuliaan
tanaman. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 22(2), 70-78.
.Xiong
YW and SZ Fei. 2006. Functional and phylogenetic analysis of a DREB/CBF-like gene in Perennial ryegrass (Lolium perenne L.). Planta 224, 878-888.
Yunus M, D Suardi, KR Trijatmiko, Tasliah dan A Dadang.
2007. Identifikasi gen toleran kekeringan pada padi dengan menggunakan analisis DNA microarrays. Lapo-ran Akhir Penelitian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.
252
0 komentar